Peran Muhammadiyah di Negara Pancasila



Muhammadiyah sebgai kekuatan nasional sejak awal berdirinya pada tahun 1912 telah berjuang dalam pergerakan kemerdekaan dan melalui para tokohnya terlibat aktif mendirikan Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Muhammadiyah memiliki komitmen dan tanggungjawab tinggi untuk memajukan bangsa dan Negara sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa. Para tokoh Muhammadiyah sejak era KH. Ahmad Dhalan dan Nyai Walidah Dahlan hingga sesudahnya mengambil peran aktif dalam usaha-usaha kebangkitan nasional dan perjuangan kemerdekaan.

Pendiri Muhammadiyah sejak awal pergerakannya memelopori gerakan Islam berkemajuan. Dalam perspektif Muhammadiyah bahwa Islam adalah agama kemajuan yang diturunkan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan dan terbangunnya peradaban semesta yang berkemajuan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun dakwah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman.
Muhammadiyah dalam kehidupan kebangsaan maupun kemanusiaan universal berdasarkan pada pandangan Islam berkemajuan menegaskan komitmen untuk terus berkiprah menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedaimaian, keadilan, kemaslahatan, kemamkmuran dan keutamaan hidup secara dinamis menuju peradaban yang utama. Islam ditegakkan untuk menjunjung tinggi kemanusiaan baik laki-laki maupun perempuan tanpa driskiminasi. Islam yang menggelorakan misi anti-perang, anti-terorisme, anti-penindasan, anti-keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan.
Peran Muhammadiyah dan para tokohnya dalam mengemban misi Islam berkemajuan berlanjut dalam kiprah kebangsaan lahirnya Negara Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945. Muhammadiyah melalui para pemimpinnya terlibat aktif dalam usaha-usaha kemerdekaan. Kyai Haji Mas Mansur menjadi anggota empat serangkai bersama Ir. Sukarno, Mohammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara yang merintis prakarsa persiapan kemerdekaan Indonesia terutama dengan pemerintahan Negara Jepang. Tokoh penting Muhammadiyah lainnya Ki Bagus Hadikusumo, Prof. Kahar Mudzakir, dan Mr. Kasman Singodimedjo bersama para tokoh bangsa lainnya mengambil peran aktif dalam merumuskan prinsip dan bangunan dasar Negara Indonesia sebagaimana keterlibatannya di Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ketiga tokoh itu pula bersama tokoh Islam yang lain menjadi perumus dan penandatangan lahirnya Piagam Jakarta yang menjiwai Pembukaan UUD 1945.
    Panglima Besar Jenderal Soedirman selaku kader dan pimpinan Muhammadiyah membuktikan peran strategisnya dalam perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan keabsahan Indonesia merdeka. Soedirman menjadi tokoh utama perang gerilya dan kemudian menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia. Insiyur Juanda adalah tokoh Muhammadiyah yang menjadi pencetus Deklarasi Juanda tahun 1957, yang menjadi tonggak eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang menyatukan laut ke dalam kepulauan Indonesia, sehingga Indonesia menjadi Negara yang utuh.
Muhammadiyah dengan pandangan Islam Berkemajuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara senantiasa berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Muhammadiyah dan umat Islam merupakan bagian integral dari bangsa Indonesia yang memiliki peran hostoris yang menentukan sejak sebelum kemerdekaan hingga sesudah kemerdekaan. Muhammadiyah telah dan akan terus memberikan sumbangsih besar di dalam upaya-upaya mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta mengembangkan moral politik Islam berwawasan kebangsaan di tengah pertarungan berbagai ideology dunia.
Setelah Indonesia merdeka pada berbagai periode pemerintahan hingga periode reformasi, pengabdian Muhammadiyah terhadap bangsa dan Negara terus berlanjut. Kiprah Muhammadiyah sepanjang lebih dari satu abad merupakan bukti bahwa Muhammadiyah ikut berjuang, berkorban dan memiliki saham besar dalam usaha-usaha kemerdekaan dan membangun Negara Indonesia. Oleh karenanya Muhammadiyah berkomitmen untuk terus berkiprah membangun dan meluruskan arah kiblat Indonesia sebagai Negara Pancasila yang maju, adil, makmur, bermartabat dan berdaulat menuju peradaban yang utama dalam ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengertian Tahayul, Bid’ah dan Churofat (TBC)

Khittah Langkah 12

Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM)